Kami bukanlah binatang yang menyebut diri kami rendahan
Kami bukanlah manusia yang menyebut diri kami dewa
Kami bukanlah duri yang mengganggu indahnya mawar pagi
Kami bukanlah air yang terhanyut dan terbawa arus
Kami bukanlah manusia yang menyebut diri kami dewa
Kami bukanlah duri yang mengganggu indahnya mawar pagi
Kami bukanlah air yang terhanyut dan terbawa arus
Karena kami juga punya perasaan layaknya manusia biasa
Yang mau hidup bukan untuk menjadi duri
Karena kami juga punya perasaan layaknya manusia biasa
Yang mau hidup bukan untuk menjadi binatang rendahan, bukan untuk menjadi dewa
Hidup kami sudah susah,
Sudah penuh caci dan serpih-serpih kesakitan
Karena setiap tatap mata yang ada; sinis tidak berbelas kasihan, menatap picik, sebelah mata
Mulut mereka ikut bicara,
Dan setiap kata yang keluar, hanya akan menambah perih diatas luka dan perjalanan hidup kami
Bukan untuk luka-luka kami berjalan
atau,
Bukan untuk kesakitan kami berbicara,
Tapi karena dunia sudah memandang kami rendah sebelum kami mulai berbicara, sebelum kami mulai menjejak kaki kami
Hidup kami sudah susah,
Setiap kata yang keluar dari mulut kami hanya akan menjadi angin
Terbang bersama angan yang belum sempat kami tuntaskan
Hidup kami sudah susah,
Setiap kaki yang berpijak hanya akan menjadi jejakan tak arti
Terhapus bersamaan dengan datangnya jejak-jejak baru
Tapi, bukan untuk luka kami berjalan atau untuk pedih kami berkata
Namun, diantara kesedihan besar itu,
Diantara kekecewaan pelecahan dan kata itu, senyum tetap ada pada kami
Ketulusan dari setiap harkat kami, dari pergelangan kokoh harkat kami
Karena itulah,
Bolehkah kami memulai hidup baru kami dengan tenang??
Karena kami masih anak muda yang sedang mencari kebenaran akan kami
Bolehkah kami memulai hidup baru kami dengan tenang??
Karena kami sendiri masih bingung akan kebenaran keadaan yang terus mengambang
Karena wanita dan pria adalah kami!!
Yang mau hidup bukan untuk menjadi duri
Karena kami juga punya perasaan layaknya manusia biasa
Yang mau hidup bukan untuk menjadi binatang rendahan, bukan untuk menjadi dewa
Hidup kami sudah susah,
Sudah penuh caci dan serpih-serpih kesakitan
Karena setiap tatap mata yang ada; sinis tidak berbelas kasihan, menatap picik, sebelah mata
Mulut mereka ikut bicara,
Dan setiap kata yang keluar, hanya akan menambah perih diatas luka dan perjalanan hidup kami
Bukan untuk luka-luka kami berjalan
atau,
Bukan untuk kesakitan kami berbicara,
Tapi karena dunia sudah memandang kami rendah sebelum kami mulai berbicara, sebelum kami mulai menjejak kaki kami
Hidup kami sudah susah,
Setiap kata yang keluar dari mulut kami hanya akan menjadi angin
Terbang bersama angan yang belum sempat kami tuntaskan
Hidup kami sudah susah,
Setiap kaki yang berpijak hanya akan menjadi jejakan tak arti
Terhapus bersamaan dengan datangnya jejak-jejak baru
Tapi, bukan untuk luka kami berjalan atau untuk pedih kami berkata
Namun, diantara kesedihan besar itu,
Diantara kekecewaan pelecahan dan kata itu, senyum tetap ada pada kami
Ketulusan dari setiap harkat kami, dari pergelangan kokoh harkat kami
Karena itulah,
Bolehkah kami memulai hidup baru kami dengan tenang??
Karena kami masih anak muda yang sedang mencari kebenaran akan kami
Bolehkah kami memulai hidup baru kami dengan tenang??
Karena kami sendiri masih bingung akan kebenaran keadaan yang terus mengambang
Karena wanita dan pria adalah kami!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar